Entah harus
seberapa banyak lagi jutaan paradoks yang aku tulis lagi. Aku tak pernah
mengerti, kenapa perasaan itu muncul. Benar-benar aneh rasannya. Bagai anak
panah yang menghujat hatiku. Sakit. Mungkin lebih daripada itu. Semua ini benar
konyol! Iya, mungkin lebih dari kata konyol.
Aku tak pernah
tau, harus memulai darimana. Menyusun seribu kata menyakitkan itu disini. Tapi
untuk apa? Untuk apa semua aksara ini aku tujukan pada kamu? Bukankah kamu juga
tak akan pernah peduli? Sedikit pun?! Pernahkah kamu merasa, sedikit saja.
Betapa pilu nya hati ini. Terus luntang-lantung mengikuti semua bayangan mu.
Terus mengikuti semua jejak palsu itu. Terus menatap semua masa lalu.
Singgasana yang menyakitkan.
Aku tak pernah
tau, perasaan apa itu. Benci? Tak! Aku tak membenci mu?, Kamu adalah satu dari
bagian kehidupanku. Kecewa? Mungkin, aku kecewa. Karena apa? Bukankah separuh
kata hati ku itu benar? Kamu tak pernah memberi sebuah harapan. Itu karena
memang hati mu yang sedang baik. Marah? Aku marah? Marah karena apa? Karena
Lelah? Mungkin itu alasannya. Lelah mengejar cinta mu yang tak sepenuhnya kau
beri untukku. Cemburu? Apa aku punya hak memiliki perasaan itu? Sepertinnya
tidak. Mungkin tidak akan pernah.
Aku terus
berdenting dengan semua jutaan air mata. Terus bermain-main dengan kata hati.
Mungkin juga mulai membenci semua ini? Apa? Membenci apa? Dirimu? Toh apa
buktinnya, aku masih peduli padamu! Mungkin benci akan mekarnya rasa itu.
Perasaan yang tak sepenuhnnya kau ketahui. Cemburu. Rindu. Cemas. Resah.
Gundah. Galau. Gulana. Semuannya terombang ambing tak jelas. Hingga separuh
hatiku benar-benar ditikam oleh titik dari semua perasaan itu. Cinta!
Aku tak pernah
mengerti, apa yang membuat air mata ini terus jatuh. Hingga jemari-jemari ini
tak mampu lagi mengusapnya. Bukankah semua ini hanya sepotong cerita cinta masa
lalu? Bukankah semua ini hanya kepingan rasa yang sulit untuk disampaikan?
Sampai pada Sang Bayu membawa ku pada posisi seperti ini. Yang tak pernah
jelas. Sedikitpun. Menjadi sebuah tempat pelampiasan
atau tempat persinggahan sementara.
Oh Tuhan, aku tak pernah tau, benih2 perasaan
apalagi yang sekarang tubuh mekar didadaku. Apapun bentuknnya. Semua itu
menyesakkan. Aku sudah tak tau harus berkata apa. Bahkan mungkin ratusan aksara
ini tak pernah mampu menjelaskannya. Ini
tentang Hati! Maka harus diselesaikan dengan Hati!
Oh Tuhan,
pantaskah aku seorang gadis menyukai seorang insan mu yang sangat manis itu?
Yang membuat perasaan itu membuatku acuh tak acuh? Pantaskah aku,
menyayangi-nya? Sesorang yang dulu
selalu mendamaikan hati ini? Apakah aku berdosa, bila aku mencintainnya? Sebuah
perasaan yang lebih dari perkataan teman
Oh Tuhan, Bahkan
mungkin aku tak pernah ingin ada lagi janji jari
kelingking dalam pertemanan kami. Lalu? Apa arti sebuah perasaan ini!!
Sulit menjelaskannya. Ini Maslah hati! Hanya bisa diselesaikan dengan hati..
Maka...
Ya Tuhan, izinkanlah aku untuk menyelesaikan sederet epilog
untuk sepotong cerita ini. Izinkanlah aku memilikinnya seperti dulu. Mengambil
alih semua posisi ku dalam hari-hari menyenangkan itu. Izinkanlah aku untuk
memupuk lagi perasaan itu. Menggugugurkan semua perasaan sedih itu. Dengan satu
cara. Kembalikanlah semua itu menjadi lebih baik. Hanya kami berdua. Mungkin
aku hanya seorang gadis yang egois. Tapi ya Tuhan, bukankah aku pernah
memilikinnya walau hanya sesaat? Bukankah perasaan egois itu muncul sesaat
setelah semua itu terjadi? Engkau mengenalkannya dengan indah. Tertata rapi
dalam aksen yang cantik. Terbingkai penuh cinta. Melewati seseorang itu.
Tatapan pertama ku di gerbang sekolah. Dengan kesannya yang begitu culun. Tetapi sekarang? Sekedipan mata.
Engkau merubahnnya sangat cepat.
Ya Tuhan,. Hingga
kapan semua ini akan berakhir? Hingga kapan semua masa itu datang? Aku tak
kuasa menahan dentingan air mata. Tak kuasa menahan hujatan anak panah. Hingga
kapan masa nya Dia akan datang, memeluk ku erat. Mengusap semua air mata ku
dengan lembut jemarinnya. Aku lelah dengan semua teka-teki ini. Aku lelah
menjalankan hari2 melalui labirin cinta yang menyesatkan. Aku lelah! Meratapi
sepotong cerita masa lalu itu Ya Tuhan..
Engkau merubahnnya
dengan hasil yang memukau. Engkau merubahnnya. Dari tampilan yang super culun menjadi tampilan super cool. Hingga aku merasakan tatapan
mata nya yang meneduhkan itu. Senyuman nya yang begitu memukau. Yang membuatku
nyaman bersama-nya.
Ya Tuhan,
Mungkin ini sudah sampai pada inti cerita.
Masa dimana semua ini harus di dinginkan. Engkau menciptakan prolog yang indah
Tuhan. Malah sangat indah. Mengawali semua itu dengan baik. Dengan sapaan cinta
yang begitu hangat. Hingga pada inti
cerita yang merubahnnya 180 derajat menjadi menyakitkan.
Tapi, Ya Tuhan..
Apakah aku mampu menyelesaikan semua teka-teki prolog itu sendirian? Entahlah! Jika disaat epilog ada dia, Sepertinnya mungkin, di epilog-pun, harus ada dia.
Apakah aku mampu menyelesaikan semua teka-teki prolog itu sendirian? Entahlah! Jika disaat epilog ada dia, Sepertinnya mungkin, di epilog-pun, harus ada dia.
Kumohon Tuhan..
Buatlah semua ini menjadi sepotong cerita yang Indah. Mengesankan. Tanpa harus
ada dentingan air mata kesedihan.